PASER - Pasca relokasi Pasar Induk Payembolum Senaken sektor Penampungan pada Selasa (15/02/2022) yang sempat diwarnai dengan adu mulut antara petugas dengan pedagang merasa kurang informasi, kini juga menyisakan kekecewaan pada sebagian pedangangnya.
Bebarapa pedang sayur mengaku, merasa seperti dianak tirikan dalam mencari nafkah diemperan lapak Blok B, selain terkesan dipindah-pindah dan terkadang harus memindahkan diri sendiri jika di Blok B, karena di Blok B dari dulu pembelinya sepi karna jalanya sempit.
Sebagaimana Na (48 thn) pedagang sayur yang telah berjualan sejak tahun 2008, mengaku cape pindah-pindah meski sempat ikut berjualan bersama rekannya di Blok B pada tahun 2017, namun ujungnya terpaksa satu persatu pindah melapak keluar akibat sepi pembeli.
“kami ini pedangan sayur, bukan klontong dan baju yang barangnya tahan lama, dua hari aja dagangan ngak laku ruginya bukan hanya tenaga tapi juga habis kemodal-modal. Sekali pun mungkin ngak seberapa bagi Para Pegawai, tapi sangat besar buat Kami”. Cetusnya.
Hal senada juga diungkapkan Br (44thn) yang merasa dianak tirikan atas kebijakan yang tidak memperhatikan kondisi pedagang sayur, sebab selain direlokasinya dianggap tidak setrategis, kondisi lapaknya juga hanya berupa lapak kosong tak beratap dan berjalan sempit.
"Bayangkan, kita ini pedagang lapak ini jualan untuk buat hidup, tapi kalo dipindah-pidah ke tempat baru pelangan lari, apalagi jika posisi akses jalannya kurang memadai, gimana mau berkembang, salah-salah utang kami aja yang nambah”. Ungkapnya.
Lebih lanjur Br berkata, atas relokasi sedikitnya rata-rata pelapak sayur harus kembali mengeluarkan uang pembelian papan 6 lembar Rp.300 ribu, Terpal Rp.150 ribu, payung untuk atap jualan Rp.300 ribu dan total terkecil Rp.750 ribu diluar ongkos pengantaran matrial dan lain-lain.
“kadang kami berpikir, berapa keuntungan perhari yang harus kami sisihkan untuk menutupi modal relokasi ini. Jika lokasinya lebih strategis dan mudah dikunjungi pembeli sih iklas, tapi kalo sepi karena akses jalanya sempit, kan malah kita yang rugi dua kali”. Tuturnya.
Melalui awak media Br dan pedagang lain berharap. Pemerintah Daerah dapat segera membuat alternative untuk pedagang di Blok B, mengingat modal para pedagang sayaur, sangat bergantung dari banyaknya jumlah pembelian konsumen yang datang perharinya untuk bertahan.
Dihubungi terpisah. Arsyad, Kepala UPTD Pasar Induk Payembolum senaken yang beberapa kali dihubunggi awak media pada Kamis (17/2/2022) terkait adanya keluhan dan harapan dari para pedagang sayur di Blok B Pasar Induk, hingga berita ini muat masih belum memberi jawaban.